Tabloid Online GAYA – Banyak orang menganggap perceraian adalah aib. Karena itu pula Sobat GAYA yang rumah tangganya bak neraka masih terus dipertahankan.
Padahal, tentunya sangat disayangkan
hidup yang hanya sekali ini saja dihabiskan untuk hubungan yang menjadi sumber
masalah. Maka, Sobat GAYA yang punya masalah seperti ini harus memahami
beberapa tanda saat rumah tangga tak lagi bisa dianggap.
Kepribadian yang bak Kutub Utara dan Selatan
Tiap kita pasti punya
kerpibadian yang berbeda, namun dalam sebuah rumahtangga ada suatu keharusan
untuk membangun karakter bersama. Tidak mementingkan diri sendiri, ini khususnya
untuk kaum pria yang sok berkuasa. Sobat GAYA pasti merasa hidup dalam tekanan
batin ketika memiliki suami seperti itu.
Kalau itu sudah
terjadi, indikator pertama telah Sobat GAYA peroleh. Rumah tangga bukan tempat
bersemayamnya dua kepentingan berbeda. Ingat itu!
Adanya tindak kekerasan
Sobat GAYA pernah
dengar ada seorang wanita yang hanya diam dan menangis ketika mendapat tindakan
fisik dari kaum pria? Mendiamkan hal tersebut adalah awal dari kehancuran dan
penderitaan berkepanjangan.
Mungkin bagi si wanita
seperti itu, dia malu bila mengungkapkan pada orang lain. Padahal perlakuan
yang diterimanya adalah bentuk penjajahan, kezaliman hakiki seorang kepala
keluarga yang seharusnya melindungi.
Tidak saling peduli
Kepedulian adalah
salah satu bukti adanya cinta dan kasih sayang. Bila antara kalian tidak lagi
saling peduli, maka cinta itu telah menguap. Kalau Sobat GAYA mengalaminya,
maka bersiaplah untuk segera bangkit dan mencari kebahagiaan lain yang
benar-benar nyata.
Namun, bagi sebagian
orang, ketidakpedulian pasangannya malah dijadikannya kesempatan untuk merasa
bebas berbuat apapun, menjadi liar tak terkendali. Kalau ini prinsip yang Sobat
GAYA pakai, maka diri sendiri telah menjadi pelaku ketidakberesan itu. Diri
sendirilah yang menghancurkan kesempatan untuk jadi lebih baik.
Biaya hidup masing-masing
Aneh memang, apa
gunanya menikah kalau keuangan masih saja sendiri-sendiri. Bila seorang pria
menikahi Sobat GAYA, maka tanggungjawabnya adalah lahir dan batin. Mencukupi
sandang, pangan, dan papan. Juga mencukupkan nafkah batin yang bukan sekadar di
ranjang saja, tapi juga mendidik Sobat GAYA menjadi pribadi yang baik dan
berkualitas.
Bila hanya urusan
ranjang, itu bukan nilai yang terkandung dalam sebuah pernikahan yang di
dalamnya ada penyerahan diri masing-masing untuk bersama. Jangan seperti hewan
yang hanya kawin pada musimnya saja.
Empat poin di atas,
bila sudah terjadi dalam kehidupan Sobat GAYA, maka bersegeralah jalankan tugas
sebagai pribadi yang memiliki tanggungjawab pada diri sendiri. Tuhan memberikan
kesempatan pada setiap orang yang mau berubah. (*)
Tidak ada komentar
Posting Komentar